Dari beberapa jenis penyakit kanker, kanker serviks menjadi penyebab kematian nomor 4 di dunia. Kaum wanita harus mewaspadainya ya. Cukup mendeteksi penyakit tersebut dengan pap smear atau Papanicolau secara rutin
Kaum wanita mungkin sering mendengar tentang pap smear. Mereka juga bahkan mendapat himbauan untuk melakukan tes tersebut sejak dini. Namun tak semua wanita memahami pap smear. Padahal tes ini sangat penting karena mampu mendeteksi kelainan sebelum berubah menjadi kanker. Pap smear atau dengan nama lain tes pap termasuk prosedur pemeriksaan yang mudah dan aman untuk mendeteksi kanker serviks atau kondisi pra-kanker pada serviks.
Pap smear adalah tes sederhana, dapat dilakukan dengan cepat [10 – 20 menit]. Papsmear tidak menyakitkan, tapi mungkin menimbulkan rasa tidak nyaman selama pengambilan sampel.
Selama menjalani prosedurnya, Anda mesti berbaring telentang dengan posisi kaki diangkat melebar ke samping (mengangkang).
Kemudian, dokter akan secara perlahan memasukkan alat yang disebut spekulum ke dalam saluran vagina. Selanjutnya, dokter akan mengambil sampel sel di leher rahim dengan alat yang disebut spatula. Sampel sel ini akan dikirim ke laboratorium untuk diuji keberadaan sel-sel abnormal.
Setelah pap smear, ada kemungkinan terjadi perdarahan ringan beberapa saat. Konsultasikan kepada dokter jika perdarahan berlanjut setelah beberapa hari tes.
Siapa Saja yang Sebaiknya Melakukan Pap Smear
Sebagian besar wanita harus menjalani pap smear secara teratur pada usia 21 tahun atau dalam waktu 3 tahun setelah mulai melakukan hubungan seksual. Lalu seberapa sering pap smear harus diulang?
Jika Anda berusia di atas 30 tahun dan telah menjalani tiga kali tes pap dengan hasil normal secara berturut-turut, Anda dapat menanyakan kepada dokter untuk melakukan pap smear setiap 5 tahun jika tes pap dikombinasikan dengan pemeriksaan HPV [Human Papilloma Virus].
HPV adalah virus yang menyebabkan kutil kelamin. Penyebab utama kanker serviks adalah HPV tipe 16 dan 18.
Jika Anda memiliki HPV, kemungkinannya memiliki peningkatan risiko untuk mengembangkan kanker serviks. Tapi wanita di atas usia 65 tahun dengan riwayat hasil tes pap normal, mungkin tidak perlu lagi melakukan pap smear.
Kalau Anda memiliki faktor risiko tertentu, dokter dapat merekomendasikan pap smear lebih sering, terlepas dari usia Anda. Faktor-faktor risiko ini termasuk:
- Diagnosis kanker serviks atau pap smear yang menunjukkan sel-sel pra-kanker.
- Paparan diethylstilbestrol [DES] sebelum kelahiran.
- Infeksi HIV.
- Sistem kekebalan tubuh yang melemah karena transplantasi organ, kemoterapi, atau penggunaan kortikosteroid kronis.
- Riwayat merokok.
Mempersiapkan Pap Smear
Untuk memastikan bahwa tes pap Anda efektif, ikuti tips berikut:
- Hindari hubungan seksual, douching, atau menggunakan obat-obatan vagina atau busa spermisida, krim, atau jeli selama dua hari sebelum melakukan pap smear. Sebab itu bisa membasuh atau mengaburkan sel-sel abnormal.
- Cobalah untuk tidak menjadwalkan pap smear selama periode menstruasi Anda. Sebaiknya hindari waktu siklus ini, jika memungkinkan.
Hasil Pap Smear?
Ada dua kemungkinan hasil dari pap smear: normal atau tidak normal.
1. Pap Smear Normal
Jika hasil Pap Smear normal, itu berarti tidak ada sel abnormal yang teridentifikasi. Hasil normal kadang-kadang juga disebut sebagai negatif. Jika hasilnya normal, Anda mungkin tidak memerlukan Pap smear selama tiga tahun.
2. Pap Smear Tidak Normal
Jika hasil tes tidak normal, belum tentu Anda terkena kanker. Sebab hasil tes tersebut mendeteksi ada sel-sel abnormal di leher rahim Anda, beberapa di antaranya bisa menjadi pra-kanker.
Ada beberapa alasan (tidak terkait dengan kanker) bahwa hasil tes pap tidak normal, antara lain:
- Infeksi atau peradangan. Setiap infeksi bisa menyebabkan peradangan di jaringan serviks. Inilah yang menyebabkan hasil tes tidak normal.
- Trichomonas vaginalis. Ini adalah penyakit menular seksual yang menyebabkan buang air kecil yang menyakitkan, peradangan vagina dan keluarnya cairan dengan bau. Trikomoniasis dapat diobati.
- Aktivitas seksual terbaru. Peradangan, iritasi dan atau air mani dapat mempengaruhi hasil Pap smear. Itu sebabnya pasien dianjurkan untuk tidak melakukan hubungan seksual selama 24 jam sebelum melakukan pap smear
Apa yang Terjadi Setelah Mengetahui Hasil Pap Smear Ternyata Abnormal?
Dokter mungkin menyarankan pemantauan kondisi Anda dengan mengambil tes pap lanjutan untuk melihat apakah ada rekurensi sel-sel abnormal atau HPV. Tes dan perawatan lanjutan termasuk: kolposkopi, biopsi, tes HPV, atau LEEP [Loop Electrosurgical Excision Procedure].
Nah, jika Anda ingin merasa aman dan nyaman dalam menjaga kesehatan rahim, sebaiknya periksa secara berkala ke dokter. Kalau Anda merasa punya gejala seperti nyeri tulang dan sendi, bengkak pada kaki, kurang nafsu makan, berat badan turun, sulit buang air kecil, dan gampang lelah, itu bisa mungkin gejala leher kanker serviks. Segera antisipasi dengan memeriksakan diri, salah satunya ke Laboratorium C-Lab. Kami siap bantu Anda dengan penanganan yang aman, mudah, steril, dan tidak menyakitkan. *** (Team C-Lab / juli 2023)